LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PERKEBUNAN
“ PENGOLAHAN TEPUNG “
KELOMPOK IV
KELAS III A
PENANGGUNG JAWAB : RIRIN ARINI
(3201106056)
ANGGOTA KELOMPOK :
-
SUPRIADI
-
SLAMET BUDI.P
-
HUSIN
-
TORUS GUNAWAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK
TAHUN AKADEMIK
2011 / 2012
ACARA I
PENGOLAHAN TEPUNG
I.
Tujuan
-
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan teknik pengolahan tepung
dari bagian batang, biji, dan buah tanaman pangan sumber karbohidrat.
II.
Dasar teori
Ketergantungan terhadap salah satu pangan pokok khususnya terigu,
menuntut masyarakat untuk menggali potensi pangan lokal yang ada disetiap
daerah. Pisang (Musa paradisiaca) sebagai salah satu tanaman buah -
buahan mempunyai potensi besar diolah menjadi tepung sebagai substitusi tepung
terigu. Tepung pisang merupakan produk antara yang cukup prospektif dalam
pengembangan sumber pangan lokal. Buah pisang cukup sesuai untuk diproses
menjadi tepung mengingat bahwa komponen utama penyusunnya adalah karbohidrat (17,2
- 38%).
Manfaat pengolahan pisang menjadi tepung antara lain :
1.
Lebih tahan disimpan
2.
Lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan
3.
Lebih praktis untuk diversifikasi produk olahan
4.
Mampu memberikan nilai tambah buah pisang
5.
Mampu meningkatkan nilai gizi buah melalui proses fortifikasi
selama pengolahan
6.
Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri
Pedesaan
Pisang ( Musa paradisiaca
) adalah salah satu komoditas hortikultura yang berpeluang sangat tinggi
sebagai bahan diversifikasi pangan, food security dan agribisnis di Indonesia.
Potensi ini bukan saja karena karbohidrat, nutrisi, mineral dan kandungan
seratnya yang sangat memenuhi persyaratan sebagai komoditi pangan dan makanan
diet tetapi juga permasalahan yang timbul pada saat panen raya dimana jumlah
pisang melimpah dan menumpuk terutama di sentra produksi pisang seperti di
Propinsi Lampung.
Pengolahan
pisang menjadi tepung merupakan alternatif diversifikasi komoditas pisang dalam
mengantisipasi hal tersebut dan mengurangi ketergantungan terhadap terigu serta
produk berbahan baku beras. Hal ini juga mendukung empat sukses Kementerian
Pertanian yaitu 1). swasembada, 2). diversifikasi pangan ( pemanfaatan sumber
daya lokal), 3). peningkatan nilai tambah dan 4) kesejahteraan petani.
(Anonim1, 2012)
(Anonim1, 2012)
Pisang merupakan
komoditas tropis yang sangat berlimpah, khususnya didaerah Lampung. Akan
tetapi, diversifikasi pemanfaatannya selama ini belum banyak dilakukan.
Pengolahan pisang menjadi tepung pisang merupakan salah satu alternative untuk
mengurangi kehilangan pasca panen. Selain mengandung pati yang dapat dicerna,
tepung pisang juga mengandung komponen serat pangan seperti pati resistant
(17,5 %), polisakarida non-pati (non-starch polysaccharides) yang berfungsi
sebagai serat pangan (dietary fiber).
Buah pisang merupakan
salah satu jenis komoditi holtikultura dalam kelompok buah-buahan yang memiliki
nilai sosial dan ekonomi cukup tinggi bagi masyarakat Indonesia karena antara
lain : (1) pisang sebagai sumber pro vitamin A yang baik, (2) pisang sebagai
sumber kalori utama disamping alpukat dan durian, (3) pisang cukup dikenal oleh
masyarakat luas, (4) budidaya pisang dapat dilakukan dimana saja dan cepat
tumbuhnya. Selain itu, komoditas pisang juga mempunyai peluang besar untuk
dimanfaatkan dalam aneka industri.
(Anonim2,
2010)
Diversifikasi
produk olahan tepung pisang sebagai tepung komposit menjadi makanan bayi,
biskuit rasa pisang, aneka snack dan bakery dilakukan dengan mencari formula
yang terbaik dengan beberapa variasi perlakuan penambahan tepung pisang dan
meminimalkan gula dalam adonan, sehingga mendapatkan produk olahan yang disukai
konsumen dengan menghemat penggunaan gula. Uji organoleptik dilakukan untuk
melihat preferensi tingkat kesukaan konsumen terhadap tepung dan aneka olahan
tepung pisang dengan kriteria aroma, warna, rasa, tekstur, kekenyalan dan
penampilan. Analisis proksimat dilakukan untuk melihat kandungan gizi dari
tepung dan produk olahan yang dihasilkan. Hasil uji organoleptik dan analisis
kimia untuk formula terbaik pembuatan tepung pisang adalah perendaman dalam
0,3% sodium metabisulfit dengan tingkat kesukaan terhadap warna (53,33%),
kesukaan terhadap tekstur (53,33%) dan kesukaan terhadap aroma tepung pisang
(26,67%). Hal ini didukung oleh analisis proksimat/kimia yang menunjukkan bahwa
perendaman dalam 0,3% sodium metabisulfit memberikan persentase kandungan
protein, serat kasar, derajat putih dan total gula lebih tinggi dibandingkan
dari perlakuan lainnya. Sedangkan kandungan lemaknya lebih rendah.
Pada dasarnya
semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaannya
cukup. Tetapi sifat tepung pisang yang
dihasilkan tidak sama untuk masing – masing jenis pisang. Pisang yang paling baik
menghasilkan tepung pisang adalah pisang kepok. Tepung pisang yang dihasilkan
mempunyai warna yang lebih putih dibandingkan dengan
yang dibuat dari pisang jenis lain. Kelemahannya adalah aroma pisangnya kurang
kuat.
Tabel 1. Sifat Fisik dan kimia
tepung pisang dari berbagai varietas pisang |
Varietas
|
Warna
|
Kadar Air
|
Karbohidrat
|
Kadar Asam
|
|
Kepok
|
Putih
|
6,08
|
76,47
|
1,85
|
|
Nangka
|
Putih coklat
|
6,09
|
79,84
|
0,85
|
|
Ambon
|
Putih abu-abu
|
6, 26
|
78,99
|
1,04
|
|
Raja Bulu
|
Putih coklat
|
6, 24
|
76,47
|
0,84
|
|
Ketan
|
Putih abu-abu
|
6, 24
|
75,33
|
0,78
|
|
Lampung
|
Putih
|
8, 39
|
70,10
|
0,49
|
|
Siam
|
Kuning coklat
|
7, 62
|
77,13
|
1,00
|
|
Komposisi Kimia
|
Pisang Segar (%)
|
Tepung Pisang (%)
|
Beras (%)
|
Kentang (%)
|
|
Air
|
70
|
3
|
12
|
78
|
|
Karbohidrat
|
27
|
88,6
|
80,2
|
19
|
|
Serat Kasar
|
0,5
|
2
|
0,3
|
0,4
|
|
Protein
|
1,2
|
4,4
|
6,7
|
2
|
|
Lemak
|
0,3
|
0,8
|
4
|
0,1
|
|
Abu
|
0,9
|
3,2
|
0,5
|
1
|
|
B-Karoten(ppm)
|
2,4
|
760
|
-
|
13
|
|
Kalori
(kkal/100 gram)
|
104
|
340
|
363
|
82
|
(Anonim3,
2012)
III.
Metode Kerja
a.
Alat
∞ Kabinet dryer ∞
Sceler
∞ Timbangan analitik ∞ Ayakan tepung
∞ Baskom ∞ Blender
∞ Pisau
b.
Bahan
∞ Pisang
∞ Aquadest
∞ Kantong plastik
c.
Cara Kerja
Dicuci/direndam
Dikeringkan dengan kabinet dryer
Gaplek kering
Digiling
Diayak mesh 60
IV.
Hasil
Pengamatan
Tabel
I. Tepung Pisang
|
|
Sebelum
pengolahan
|
Setelah
pengeringan
|
|
|
Berat
|
1000 gram
|
194,50 gram
|
|
|
Berat daging pisang
|
500 gram
|
-
|
|
|
Warna
|
Putih kecoklatan
|
Putih kecokelatan ( pucat )
|
|
|
|
|||
|
Kondisi
|
Keterangan
|
||
|
Bentuk
|
Serbuk
|
||
|
Bau
|
Khas tepung pisang
|
||
|
Benda asing
|
Tidak ada
|
||
|
Serangga
|
Tidak ada
|
||
Rendemen
=
x 100 %
=
x 100 %
= 19,45 %
V.
Pembahasan
Tepung merupakan salah
satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena lebih tahan
disimpan, mudah dicampur ( dibuat komposit ), diperkaya zat gizi
(difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan
modern yang serba praktis (Winarno, 2000). Prosedur pembuatan tepung sangat
beragam, dibedakan berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan pangan. Namun,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pertama bahan pangan
yang mudah menjadi coklat apabila dikupas dan kedua bahan pangan yang tidak
mudah menjadi coklat.
Pada umumnya,
umbi-umbian dan buah-buahan mudah mengalami pencoklatan setelah dikupas. Hal
ini disebabkan oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi pencoklatan oleh
pengaruh enzim yang terdapat dalam bahan pangan tersebut (browning enzymatic).
Pencoklatan karena enzim merupakan reaksi antara oksigen dan suatu senyawa
phenol yang dikatalisis oleh polyphenol oksidase. Untuk menghindari terbentuknya
warna coklat pada bahan pangan yang akan dibuat tepung dapat dilakukan dengan
mencegah sesedikit mungkin kontak antara bahan yang telah dikupas dan udara
dengan cara merendam dalam air (atau larutan garam 1% dan atau menginaktifkan
enzim dalam proses blansir).
Tepung pisang
mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakan pada pengolahan
berbagai jenis makanan yang mengggunakan tepung (tepung beras, terigu) di dalamnya.
Dalam hal ini, tepung pisang menggantikan sebagian atau seluruh tepung lainnya.
Jenis-jenis makanan tersebut antara lain roti,cake/pancake, kue kering, kue
lapis, awug-awug tepung pisang, puding dan makanan bayi/balita, kue pasir dan
lain-Iain. Dalam industri tepung pisang, banyak digunakan sebagai bahan
campuran dalam pembuatan puding, makanan bayi, roti (terutama di Ekuador) dan
lain-Iain ( Widowati,
2003 ).
Ciri-ciri tepung pisang yang
bermutu baik adalah warnanya putih, rasa dan aroma yang khas, tahan disimpan
selama 9 -12 bulan, tidak ditumbuhi jamur dan bersih serta kadar air sekitar
9-11%. Untuk mencegah reaksi pencoklatan pada tepung pisang dapat ditambah
dengan asam sitrat atau natrium bisulfit. Perendaman daging buah pisang dalam
larutan natium bisulfit 0,1 -0,2% selama 5 menit telah dapat mencegah reaksi
pencoklatan. ( Anonim4.2009)
Dalam pembuatan tepung
pisang perlu diperhatikan dalam pemilihan pisang yang digunakan, lebih baik
pilih pisang yang sudah tua tetapi belum matang, karena dalam pembuatan tepung
pisang kandungan pati yang tinggi akan menghasilkan tepung yang banyak, pisang
yang sudah matang penuh kandungan gulanya tinggi tetapi kandungan patinya
rendah.
Pada proses pembuatan
tepung pisang, dilakukan pengeringan pada pisang. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air pada pisang. Oleh karena itu, pisang yang telah di oven
akan susut beratnya. Selain itu juga, pengovenan bertujuan untuk menjadikan
pisang basah menjadi pisang kering (gaplek) sehingga memudahkan pembuatan
tepung pada saat penggilingan. Hasil pengeringan dengan kabinet dryer akan
menghasilkan tepung yang lebih putih sebab terhindar dari sinar ultraviolet dan
tidak terputus prosesnya pada malam hari.
Perendaman pada
aquadest sebelum pengeringan mampu mencegah proses pencoklatan (browning) pada
irisan buah, sehingga dapat memperbaiki warna tepung pisang yang dihasilkan.
Rendemen dalam praktikum ini diukur dari berat
tepung pisang, dengan hasil rendemen yaitu 19,45 %. Pisang yang digunakan ialah
pisang kepok.
Menurut Widowati (2003) rendemen tepung buah yang
dihasilkan dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah dan kandungan pati dari
buah segar
sebelum dikeringkan. Selain itu juga tergantung dari kandungan air bahan.
Hasil kadar air sangat
dipengaruhi oleh kondisi awal dari buah pisang tersebut yaitu dari tingkat
kematangan, ketebalan dan keseragaman irisan serta cara penataan diatas
tray/alas pengering. Pada kasus ini diduga irisan kering pisang siam ditumpuk,
sehingga tidak kering secara merata. Standar kadar air merupakan salah satu
parameter kritis yang harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi daya simpan
produk tersebut. Adanya air dalam bahan pangan merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme terutama untuk produk kering adalah tumbuhnya kapang
dan khamir.
Menurut Cunningham (1982),
pertumbuhan mikroba dan reaksi kimia lainnya dapat terjadi bila kandungan air
dalam bahan pangan cukup tersedia, cepat lambatnya proses pengeringan sangat
dipengaruhi oleh faktor dari dalam bahan (struktur bahan) serta dari luar bahan
(distribusi aliran udara, suhu, kelembaban serta kecepatan udara).
VI.
Kesimpulan
Dari hasil praktek yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pengolahan pisang menjadi tepung pisang adalah untuk
meningkatkan nilai tambah buah pisang dan menyediakan bahan baku untuk proses
industri (pengolahan) pangan lebih lanjut.
2.
Tepung pisang dapat dibuat dari buah pisang yang masih mentah
namun yang sudah cukup tua.
3.
Semua jenis buah pisang mentah dapat diolah menjadi tepung,
tapi warna tepung yang dihasilkan bervariasi.
4.
Pengolahan tepung pisang dapat memperpanjang
umur pisang karena telah mengalami proses pengolahan.
5.
Rendemen tepung buah yang dihasilkan dipengaruhi
oleh tingkat kematangan buah dan kandungan pati dari buah segar sebelum dikeringkan.
Daftar Pustaka
Anonim1.2012.http://usahakebunpisang.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-tepung
pisang. html diakses pada tanggal 30 Maret 2013
Anonim2.2010.http://blogs.unpad.ac.id/selfiertanti/2010/06/04/pembuatan-tepung-pisang/
diakses pada tanggal 31 Maret 2013
Cunningham, F.E. 1982. Practical applications of
food dehydration: 4 Review. J.Food Protec.45(5): 479-483
Widowati, S. 2003. Prospek Tepung Pisang Untuk Berbagai Produk
Makanan Olahan Dalam Upaya Menunjang Diversivikasi Pangan. Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor.
Winarno, F.G., 2000. Potensi dan Peran tepung-tepungan bagi Industri
Pangan dan Program Perbaikan Gizi. Makalah pada Sem Nas Interaktif:
Penganekaragaman Makanan untuk Memantapkan ketersediaan pangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar